Kepercayaan ummat ;
Tubuhnya kurus tinggi dan berjenggot tipis. Beliau termasuk orang yang pertama masuk Islam.
Kualitasnya dapat kita ketahui melalui sabda Nabi SAW :”Sesungguhnya setiap ummat
mempunyai orang kepercayaan, dan kepercayaan ummat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah.”
Kehidupan beliau tidak jauh berbeda dengan kebanyakan sahabat lainnya, diisi dengan
pengorbanan dan perjuangan menegakkan Dien Islam. Hal itu tampak ketika beliau harus hijrah
ke Ethiopia pada gelombang kedua demi menyelamatkan aqidahnya. Namun kemudian beliau
balik kembali untuk menyeertai perjuangan Rasulullah SAW , mengikuti setiap peperangan sejak
perang Badar.
Pada saat perang Uhud, lagi-lagi Abu Ubaidah menunjukkan kualitas keimanannya. Dalam
kecamuk perang yang begitu dasyat, ia melihat ayahnya dalam barisan kaum musyrikin. Dan
melihat kepongahan ayahnya, tanpa ragu lagi, ia mengayunkan pedangnya untuk menghabisi
salah satu gembong Quraisy yang tidak lain adalah ayahnya sendiri.
Masih dalam perang Uhud, ketika pasukan muslimin kocar-kacir dan banyak yang lari
meninggalkan pertempuran, justru Abu Ubaidah berlari untuk mendapati Nabinya tanpa takur
sedikitpun terhadap banyaknya lawan dan rintangan. Demi didapati pipi Nabinya terluka, yaitu
terhujamnya dua rantai besi penutup kepala beliau, segera ia berupaya mencabut rantai tersebut
dari pipi Nabi SAW .
Abu Ubaidah mulai mencabut rantai tersebut dengan gigitan giginya. Rantai itupun akhirnya
terlepas dari pipi Rasulullah SAW . Namun bersamaan dengan itu pula gigi seri Abu Ubaidah
ikut terlepas dari tempatnya. Abu Ubaidah tidak jera. Diulanginya sekali lagi untuk mengigit
rantai besi satunya yang masih menancap dipipi Rasulullah SAW hingga terlepas. Dan kali
inipun harus juga diikuti dengan lepasnya gigi Abu Ubaidah sehingga dua gigi seri sahabat ini
ompong karenanya. Sungguh, satu keberanian dan pengorbanan yang tak terperikan.
Sisi lain dari kehebatan sahabat yang satu ini adalah kezuhudannya. Ketika kekuasaan Islam
telah meluas dan kekhalifahan dipimpin Umar r.a, Abu Ubaidah menjadi pemimpin didaerah
Syria`. Saat Umar mengadakan kunjungan dan singgah dirumahnya, tak terlihat sesuatupun oleh
Umar r.a kecuali pedang, perisai dan pelana tunggangannya. Umarpun lantas berujar,”Wahai
sahabatku, mengapa engkau tidak mengambil sesuatu sebagaimana orang lain mengambilnya ?”
Beliau menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, ini saja sudah cukup menyenangkan.”
Lelaki mulia ini wafat ketika terjadi wabah penyakit tho`un di Syam. Selamat atasmu wahai Abu
Ubaidah, semoga kami bisa meneladani perilakumu. Wallahu a`lam.
( Adaptasi dari Shifatu Shofwah : I/154 dll )
( Disarikan dari Shifatush Shofwah, Ibnu Jauzi dan Qishhshu An-Nisa Fi Al Qur`an Al-Karim,
Jabir Asyyaal )
Oleh :
Al-Islam – Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia